Minggu, 02 Desember 2012

menjemput cita dengan sebongkah bosan

masih tetap dengan posisi seperti minggu - minggu lalu, hanya bedanya hari ini pagi ini detik ini ada sedikit rasa bosan yang mengusik. bukan ingin pindah tempat kerja, tapi hanya ingin menemukan / melakukan / melihat hal baru tanpa harus adaptasi berulang kali. aku duduk di kursi ini, seolah memangku kebosananku. dulu, saat aku duduk di kursi soak lantai empat sekolah SMK ku, aku sangat menikmatinya. tapi kenapa sekarang aku terkesan tak begitu menikmati dengan kursi putar ku yang begitu nyaman daripada kursi di sekolahku itu. entah karena sepi, atau karena merindukan teman - teman SMK (masih tetap dengan tema yang sama). mereka itu memang kadang membosankan tapi sejujurnya mereka mengasyikkan. teman - teman yang lucu, nakal, jail, dan gila. aku pun tak pernah tau mengapa rindu ini begitu lekat, seolah tak mau berpaling sedetik pun. cerita sekolah masa SMK ku , adalah cerita terindah sejauh hidupku ini. sayangnya hidup harus tetap berjalan, roda kehidupan terus berputar. kita tidak akan bisa tetap tinggal di waktu, tempat, dan orang - orang yang sama. disini, tempat ini aku hanya bergantung pada pohon harapan yang entah bisa terwujud atau tidak. belajar dewasa dengan orang - orang yang lebih dewasa juga. belajar bergerilya dengan orang yang sangaaat sangaaat gerilya. aku sadar ditengah kebosananku sekarang, adalah secercah proses untuk membuka jawaban Tuhan, tentang akan menjadi apa aku nanti. tentang apakah aku akan mampu memupuk subur cita citaku di pohon harapan. dan yang pasti tentang hidup yang harus penuh perjuangan. tentang semangat yang tak boleh padam. aku sedikit ragu dengan diriku sendiri, apa aku mampu membawaku dan semangatku sampai di ambang tujuan. saat aku selalu mengeluh, saat aku mulai bosan dan juga saat aku mulai enggan. disitulah saat dimana aku mulai meragukan langkahku menuju pohon harapan. tapi Tuhan, selalu meyakinkan ku bahwa selalu ada cahaya dalam setiap kegelapan. selalu ada harapan di setiap keputus asaan. dan selalu ada cita-cita dalam setiap langkah. aku belum mau patah arang saat kakiku masih sannggup berjalan, saat mulutku belum bisu dan saat mataku belum terpejam. 
 

Dear My Note