Minggu, 10 November 2013

dipaksa oleh waktu

aku dipaksa waktu untuk membunuh
membunuh takutku
aku dipaksa waktu untuk memanah
memanah arah
jika angin menggoyah daun sekitarku,
maka biarkan hujan mencium bau tanah basah guyurannya

aku dipaksa waktu menangis
menangisi jarum jam yang berhenti
aku dipaksa waktu meringis
meringis dalam tangis
jika bumi adalah bulat
maka biarkan awan tetap menggantung di sudut pandang lalu aku tetap diam

pertaruhan selembar ijasah

apa yang ada di benak anda, seketika membaca judul diatas ?
yaa, ini bukan lelucon atau skenario drama drama an seperti sandiwara jaman kecil dulu.
saya mengalaminya, saya menjadi seorang korban pertaruhan ijasah sekolah terakhir saya yang saya dapat dengan susah payah.
dan parahnya, saya baru tersadar jikalau jaminan selembar ijasah dengan segala tetek bengek kesepakatannya adalah TIDAK SESUAI!
kenyataannya, orang tua saya tidak serta merta mengeluarkan nominal rupiah yang cukup banyak untuk hanya mendapatkan selembar ijasah tersebut (NOMINAL > GAJI SAYA). sedangkan, saya harus bekerja dengan hasil belajar saya, dengan keterampilan saya, dan harus mempertaruhkan ijasah hanya demi nominal rupiah yang sama sekali tidak sebanding dengan uang per bulan yang orang tua saya keluarkan dulu.
adil tidak ??
jelas tidak.
lalu bagaimana membuat semuanya adil ??
belum ada jalan untuk merubah semuanya menjadi adil.
tapi, yang pasti saya segera mengadilkan semuanya.

Senin, 21 Oktober 2013

aku paham, kalau aku tak pernah mau belajar untuk sedikit paham.

sepertinya kembali mengulang masa masa dimana aku harus menggantungkan rasa rinduku hanya pada aplikasi android yang sedang trendy saat ini.
walau hanya 1 minggu mengandalkan barisan barisan teks dengan bahasa non baku, tanpa bisa menggunakan fasilitas suara (baca: lagi error hapenya).
aku belum tau apa terlampau berlebihan, atau wajar, atau bahkan biasa saja menurutmu. tapi sesungguhnya, aku paliiing malas merentang jarak dengannmu walau hanya 1 hari.
mungkin faktor hubungan ini masih "hangat-hangatnya", hingga 1 hari pun seolah menciptakan masalah.
sebenarnya, bukan curiga yg ada. tapi, aku hanya tak pernah mau kau duakan dengan sejuta kesibukan yang jelas jelas dan puasti menyita waktumu bersamaku. walau hanya sekedar mengirim teks 1 kata saja, aku ingin semua yg kau lakukan ter-record padaku dengan jelas. lagi lagi bukan rasa cemburu, bukan aku takut kau akan berpaling bersama orang lain. tapi aku ..... (aku tak bisa mendiskripsikannya).
mungkin aku posesif, tapi aku tak pernah menyadarinya, karena anggapanku semua yg kulakukan wajar. sepertinya aku didekap dengan ego yg kuat, hingga aku sama sekali tak mau paham dengan kondisi dan keadaanmu (saat jauh).

aku paham, kalau aku tak pernah mau belajar untuk sedikit paham.

 

Dear My Note