sesungguhnya aku lelah,
waktu yang tak sempat menjadi nol
seolah penuh makna untuk dilewati
sehingga memaksaku menyayangkan melewatinya.
sesungguhnya, aku bisa saja melepas semua sekarang juga
tapi cita cita yang membuat aku tertahan dalam kelelahan
meski begitu, aku sama sekali tak ingin jika tetiba datang sosok pahlawan
yang membawa segudang uang
aku sama sekali tak butuh dia!
yang aku butuhkan adalah ribuan pundak yang selalu standby
ketika aku mulai kelelahan melangkah.
jika bukan aku, lalu siapa yang akan memperjuangkan nasibku ?
karena aku tak sedikitpun percaya
dengan mereka yang bermodus pahlawan.
hanya aku yang bisa memperjuangkan nasibku, karena kendali 100 persen penuh dalam genggamanku.
akan berbelok, lurus ataupun berhenti. hanya aku yang boleh memutuskannya.
kalaupun aku kelelahan dalam perjuangan,
aku hanya membutuhkan 1000x semangat baru untuk memperbarui semua
dan tetap meneruskan langkah.
jikan bukan aku?
lalu siapa yang akan berjuang untuk mewujudkan cita citaku.
jika bukan aku ?
lalu harus bersandar pada siapa?
karena aku sama sekali tak percaya pada tembok beton sekalipun
yang mampu menyediakan sandaran terkuatnya.!
aku, hanya butuh keyakinanku sendiri. untuk mewujudkan semuanya!
Minggu, 08 Desember 2013
Minggu, 10 November 2013
dipaksa oleh waktu
aku dipaksa waktu untuk membunuh
membunuh takutku
aku dipaksa waktu untuk memanah
memanah arah
jika angin menggoyah daun sekitarku,
maka biarkan hujan mencium bau tanah basah guyurannya
aku dipaksa waktu menangis
menangisi jarum jam yang berhenti
aku dipaksa waktu meringis
meringis dalam tangis
jika bumi adalah bulat
maka biarkan awan tetap menggantung di sudut pandang lalu aku tetap diam
membunuh takutku
aku dipaksa waktu untuk memanah
memanah arah
jika angin menggoyah daun sekitarku,
maka biarkan hujan mencium bau tanah basah guyurannya
aku dipaksa waktu menangis
menangisi jarum jam yang berhenti
aku dipaksa waktu meringis
meringis dalam tangis
jika bumi adalah bulat
maka biarkan awan tetap menggantung di sudut pandang lalu aku tetap diam
pertaruhan selembar ijasah
apa yang ada di benak anda, seketika membaca judul diatas ?
yaa, ini bukan lelucon atau skenario drama drama an seperti sandiwara jaman kecil dulu.
saya mengalaminya, saya menjadi seorang korban pertaruhan ijasah sekolah terakhir saya yang saya dapat dengan susah payah.
dan parahnya, saya baru tersadar jikalau jaminan selembar ijasah dengan segala tetek bengek kesepakatannya adalah TIDAK SESUAI!
kenyataannya, orang tua saya tidak serta merta mengeluarkan nominal rupiah yang cukup banyak untuk hanya mendapatkan selembar ijasah tersebut (NOMINAL > GAJI SAYA). sedangkan, saya harus bekerja dengan hasil belajar saya, dengan keterampilan saya, dan harus mempertaruhkan ijasah hanya demi nominal rupiah yang sama sekali tidak sebanding dengan uang per bulan yang orang tua saya keluarkan dulu.
adil tidak ??
jelas tidak.
lalu bagaimana membuat semuanya adil ??
belum ada jalan untuk merubah semuanya menjadi adil.
tapi, yang pasti saya segera mengadilkan semuanya.
yaa, ini bukan lelucon atau skenario drama drama an seperti sandiwara jaman kecil dulu.
saya mengalaminya, saya menjadi seorang korban pertaruhan ijasah sekolah terakhir saya yang saya dapat dengan susah payah.
dan parahnya, saya baru tersadar jikalau jaminan selembar ijasah dengan segala tetek bengek kesepakatannya adalah TIDAK SESUAI!
kenyataannya, orang tua saya tidak serta merta mengeluarkan nominal rupiah yang cukup banyak untuk hanya mendapatkan selembar ijasah tersebut (NOMINAL > GAJI SAYA). sedangkan, saya harus bekerja dengan hasil belajar saya, dengan keterampilan saya, dan harus mempertaruhkan ijasah hanya demi nominal rupiah yang sama sekali tidak sebanding dengan uang per bulan yang orang tua saya keluarkan dulu.
adil tidak ??
jelas tidak.
lalu bagaimana membuat semuanya adil ??
belum ada jalan untuk merubah semuanya menjadi adil.
tapi, yang pasti saya segera mengadilkan semuanya.
Langganan:
Postingan (Atom)